Senin, 03 November 2008

Agus Harus Kerja Bang !!


suatu ketika saya berjumpa dan ngumpul-ngumpul bareng teman-teman anak jalanan disebuah emperan parkir sebuah toko di kawasan pasar wisata kota Pekanbaru. sudah lama kami memang tak jumpa dan bersenda gurau bersama, maklum dulu saya dan teman-teman cukup dekat, dulu saya pernah berenacana ingin menyediakan fasilitas pendidikan bagi anak-anak jalanan dikota Pekanbaru, namun karena banyak mengalami kesulitan akhirnya rencana ini batal.
saya berbicara dengan salah satu anak, sebut saja namanya Agus. diantara teman-teman yang lain agus cukup pintar dan dia memang punya minat untuk sekolah yang cukup besar. umurnya baru 14 tahun, hidup dari keluarga yang kurang mampu, karena saya sendiri sudah sampai kerumahnya. apa kegiatan sekarang gus? tanya saya kepada agus. sekarang agus kerja bang(jawab agus dengan raut wajah yang tak jelas). ada raut wajah senang karena bisa membantu ekonomi keluarga, dan ada raut wajah sedih karena tak bisa melanjutkan sekolah lagi. di umur nya yang dikatakan masih tergolong anak-anak yang masih ingin menikmati masa indah kecilnya bermain bersama teman-teman, agus kini harus bekerja.

lalu darinya saya dengarkan curahan hatinya. ia bekerja dengan seorang toke dealer motor sebagai mekanik dengan gaji Rp.500.000 (dibawah UMR Kota Pekanbaru) dan bekerja dari pukul 08.00WIB sampai dengan pukul 17.00WIB. sebenarnya saya sendiri tak sanggup menceritakan keadaan ini. karena saya sendiri malu karena tak bisa berbuat banyak untuk meraka. tapi alangkah kasihan nya, anak dibawah umur dipekerjakan dengan gaji dibawah UMR. saya merasa hidup di zaman penjajahan, saya merasa merasa warga bangsa ini kini telah dijajah oleh kaum-kaum kapitalis modern dari kalangan bangsa sendiri.
siapakah yang harus saya persalahkan. dalam hati saya menjawab tak ada yang bisa kita persalahkan, bagaimana saya bisa menyalahkan sang toke, kalau si anak ternyata merasa terbantu dengan diberikan pekerjaan. dan pemerintah kita tak bisa menjamin apakah setiap warga negaranya bisa mendapatkan pendidikan murah dan layak. dan sebagai warga negara, sebagai manusia dan makhluk sosial, pernahkah kita perduli dengan pendidikan anak-anak jalanan disekitar kita. kita belum berbuat apa-apa untuk bangsa ini, lalu pantaskah kita meminta kehidupan yang layak kepada negara ini. memang sudah saatnya kita malu kepada bangsa megeri ini, malu kepada diri sendiri. bagaimana kita bisa menyalahkan rezim Soeharto, kalau ternyata pada masa rezim Soeharto ada program yang namanya GN-OTA.
Gus, bangsa ini sedang gelap gulita, bukan karena listrik hidup mati, tapi karena banyak warga bangsa ini telah merdeka, merdeka dari memikirkan nasib orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar