Jumat, 09 Januari 2009

Golput Haram?

Dah lama ingin menuliskan artikel ini kedalam blog saya. Tapi belum sempat, diarenakan kesibukan akhir-akhir ini. Yang ingin saya angkat dalam artikel ini adalah fatwa haram MUI terhadap pilihan Golput. Fatwa haram golput tentunya disertai dengan alasn-alasan tertentu dari MUI mungkin salah satunya karena adanya sisi negative yang ditimbulkan dari sikap golput dari masyarakat. Kita akui memang sedikit banyak ada sisi negative yang ditimbulkan dari sikap golput ini. Namun kita juga harus mempertimbangkan alasan mengapa masyarakat masih banyak memilih untuk golput. Jangan langsung menduga bahwa sikap malas untuk berpartisipasi dalam proses demokrasi adalah penyebab masyarakat memilih golput tanpa melakukan sebuah penelitian. Mungkin saja sikap golput ini muncul karena kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap calon-calon pemimpin atau wakil yang ada. Menurut saya golput bukan lagi suatu bentuk sikap yang tidak berpartisipasi dalam suatu proses demokrasi, tetapi golput merupakan suatu bagian atau warna lain dalam suatu proses demokrasi di negeri ini.
Lantas apa yang salah dengan sikap golput? Menurut saya tidak ada yang salah. Biarkan masyarakat menentukan pilihannya sendiri, siapa yang dipilih dan mengapa dia memilih. Golput juga sebuah pilihan, pilihan untuk tidak memilih salah satu calon manapun. Jangan sampai fatwa ini mempertaruhkan kredibilitas MUI dimata masyarakat kelak. Lebih baik MUI mengeluarkan fatwa haram Money Politic atau fatwa haram kampanye di tempat ibadah baik bagi yang memberi maupun yang menerima menurut saya ini lebih relevan dibandingkan fatwa golput.

Kamis, 11 Desember 2008

MANTAN AKTIVIS MAHASISWA JADI CALEG

Pemilihan calon anggota legislative sudah mulai dekat. Ramai poster-poster wajah-wajah manis, dan gagah terpampang sepanjang jalan yang ramai dan sesak. Namun diposter itu tetap terpampang wajah dengan senyum yang terukir lebar dibawah teriknya matahari. Poster-poster, baliho dan spanduk-spanduk ini menghiasi setiap sudut pandang mata kita. Mereka berasal dari latar belakang yang berbeda, mulai dari pendidikan tamatan SMA sampai dengan yang tamatan S2 pun ada. mulai dari sarjana politik sampai sarjana perikanan pun ada. Mulai dari pengusaha kaya raya sampai dengan pengangguran juga ada, mulai dari ustad sampai yang katanya mantan preman juga ada. yang menarik perhatian saya adalah mantan aktivis yang dulunya sering berteriak menyuarakan keadilan diluar gedung dewan pun kini banyak yang mancalonkan diri sebagai anggota dewan dengan alasan mereka ingin menyuarakan keadilan dari dalam gedung DPRD.
Lalu yang menjadi keraguan bagi saya apakah benar mereka para mantan aktivis-aktivis mahasiswa ini bisa menyuarakan kepentingan masyarakat dari dalam gedung DPRD itu nantinya. Saya bukan meragukan kemampuan pribadi mereka. Tetapi saya meragukan ketika mereka telah terikat kontrak dalam sebuah lingkaran kepentingan partai. Yang ada mereka hanya bisa mengikuti arus yang ada, tak bisa berbuat banyak. butuh waktu yang cukup panjang untuk mengubah sistem yang statusquo yang telah tertanam di DPR atau DPRD yang ada selama ini.
Banyak masyarakat yang berharap dengan munculnya para mantan aktivis mahasiswa ini di DPRD nantinya. Dan inilah yang menjadi nilai jual bagi partai-partai politik yang ada dengan menhadirkan sosok mantan aktivis mahasiswa di dalam partai mereka. Maka beramai-ramailah partai politik meminang para mantan aktivis mahasiswa ini untuk masuk kedalam lingkaran kepentingan mereka.

Senin, 03 November 2008

SENIMAN ATAU PEKERJA SENI

Seniman adalah istilah subyektif yang merujuk kepada seseorang yang kreatif, atau inovatif, atau mahir dalam bidang seni. Penggunaan yang paling kerap adalah untuk menyebut orang-orang yang menciptakan karya seni, seperti lukisan, patung,seni peran, seni tari, sastra, film dan musik. Seniman menggunakan imajinasi dan bakatnya untuk menciptakan karya dengan nilai estetik. Ahli sejarah seni dan kritikus seni mendefinisikan seniman sebagai seseorang yang menghasilkan seni dalam batas-batas yang diakui.
segala sesuatu akan memiliki seni apabila bisa dinikmati oleh orang yang menghasilkan karya seni tersbut, tak perduli apakah oran lain akan menikmati atau terhibur dengan karya seni nya. yang paling utama adalah orang yang mengerjakannya harus bisa merasa nikmat, merasa puas, hasilnya dapat.
tetapi disaat ini banyak orang yang hanya menghasilkan sebuah karya seni, hanya untuk mencari ketenaran dan materi menjadi tujuan utama mereka, dan mereka menyebut diri mereka sebagai seorang seniman. kalau menurut saya mereka ini bukan seniman tetapi baru menjadi seorang pekerja seni. karena bagi saya seorang pekerja seni hanya mencari ketenaran dan mengejar materi yang sangat menjanjikan. yang mereka nikmati bukan hasil karya kerja mere. yang mereka nikmati justru hasilnya yaitu materi dan ketenaran.
bahkan banyak diantara pekerja seni yang mengaku seniman, sering bersikap eksentrik. seniman kebanyakan memang eksentrik karena memang itu yang mereka nikmati, mereka menikmati diri sendiri. sehingga kalau ingin tahu mana yang dikatakan seni, mereka itulah seni. seniman memang banyak yang eksentrik, tetapi yang eksentrik belum tentu seniman.
bukan karena bersikap eksentrik datang kesebuah kawasan pelacuran sehingga disebut presiden pelacur, maka dia bisa disebut seniman. seniman eksentrik bukan untuk mencari ketenaran dan dipublikasikan kepada khalayak ramai, kalaupun terpublikasikan itu bukan kehendak mereka. tetapi eksentrik itu hasil dari bagaimana mereka menikmati hidup mereka. oleh karen itu seni itu bisa dikatakan diri mereka sendiri.

Agus Harus Kerja Bang !!


suatu ketika saya berjumpa dan ngumpul-ngumpul bareng teman-teman anak jalanan disebuah emperan parkir sebuah toko di kawasan pasar wisata kota Pekanbaru. sudah lama kami memang tak jumpa dan bersenda gurau bersama, maklum dulu saya dan teman-teman cukup dekat, dulu saya pernah berenacana ingin menyediakan fasilitas pendidikan bagi anak-anak jalanan dikota Pekanbaru, namun karena banyak mengalami kesulitan akhirnya rencana ini batal.
saya berbicara dengan salah satu anak, sebut saja namanya Agus. diantara teman-teman yang lain agus cukup pintar dan dia memang punya minat untuk sekolah yang cukup besar. umurnya baru 14 tahun, hidup dari keluarga yang kurang mampu, karena saya sendiri sudah sampai kerumahnya. apa kegiatan sekarang gus? tanya saya kepada agus. sekarang agus kerja bang(jawab agus dengan raut wajah yang tak jelas). ada raut wajah senang karena bisa membantu ekonomi keluarga, dan ada raut wajah sedih karena tak bisa melanjutkan sekolah lagi. di umur nya yang dikatakan masih tergolong anak-anak yang masih ingin menikmati masa indah kecilnya bermain bersama teman-teman, agus kini harus bekerja.

lalu darinya saya dengarkan curahan hatinya. ia bekerja dengan seorang toke dealer motor sebagai mekanik dengan gaji Rp.500.000 (dibawah UMR Kota Pekanbaru) dan bekerja dari pukul 08.00WIB sampai dengan pukul 17.00WIB. sebenarnya saya sendiri tak sanggup menceritakan keadaan ini. karena saya sendiri malu karena tak bisa berbuat banyak untuk meraka. tapi alangkah kasihan nya, anak dibawah umur dipekerjakan dengan gaji dibawah UMR. saya merasa hidup di zaman penjajahan, saya merasa merasa warga bangsa ini kini telah dijajah oleh kaum-kaum kapitalis modern dari kalangan bangsa sendiri.
siapakah yang harus saya persalahkan. dalam hati saya menjawab tak ada yang bisa kita persalahkan, bagaimana saya bisa menyalahkan sang toke, kalau si anak ternyata merasa terbantu dengan diberikan pekerjaan. dan pemerintah kita tak bisa menjamin apakah setiap warga negaranya bisa mendapatkan pendidikan murah dan layak. dan sebagai warga negara, sebagai manusia dan makhluk sosial, pernahkah kita perduli dengan pendidikan anak-anak jalanan disekitar kita. kita belum berbuat apa-apa untuk bangsa ini, lalu pantaskah kita meminta kehidupan yang layak kepada negara ini. memang sudah saatnya kita malu kepada bangsa megeri ini, malu kepada diri sendiri. bagaimana kita bisa menyalahkan rezim Soeharto, kalau ternyata pada masa rezim Soeharto ada program yang namanya GN-OTA.
Gus, bangsa ini sedang gelap gulita, bukan karena listrik hidup mati, tapi karena banyak warga bangsa ini telah merdeka, merdeka dari memikirkan nasib orang lain.

Kamis, 23 Oktober 2008

HARUSKAH NEGERI PINGGIRAN ITU DIPISAHKAN?


Isu wacana pemekaran kota Pekanbaru kembali mencuat, setelah seorang Budayawan Riau Yusmar Yusuf dalam tulisannya diharian Pagi Riau Pos beberapa hari yang lalu (Minggu, 19 Oktober 2008). yang kemudian di ikuti dengan latah oleh seorang seniman Riau Edy Ahmad RM yang juga salah satu anggota DPRD Prov. Riau.
apa yang mereka katakan ada benarnya pemerataan pembangunan di Kota Pekanbaru yang belum merata, menjadikan Rumbai sebagai daerah pinggiran semakin terkucilkan dan semakin terpinggirkan. tak banyak geliat pembangunan yang dapat kita rasakan. pembangunan banyak terpusatkan didaerah itu-itu saja. tak banyak pergerakan pembangunan terjadi di tempat lain.
dari sekian lama hal ini terjadi, tak pernah terdengar oleh kita semua tuntutan dari masyarakat Rumbai. dari tahun ke tahun terus berjalan seperti ini saja, tanpa sebuah gejolak apa-apa. yang ada hanya wacana-wacana politis saja.
namun karena wacana ini sudah terlanjur dilemparkan ke umum, maka wacana ini perlu kita perhitungkan, minimal untuk menghargai anda-anda yang telah melemparkan wacana ini...

yang harus kita pertimbangkan adalah :
  • apakah memang harus Rumbai di pisahkan dari Pekanbaru?
  • apa yang menjadi alasan dasar untuk di pisahkannya Rumbai dari Pekanbaru?
  • apakah dengan dipisahkannya Rumbai dengan Pekanbaru, masalah-masalah di Rumbai terutama maslah ekonomi dan sosial masyarakatnya dapat terselesaikan?
cukup 3 pertanyaan dasar ini saja yang perlu kita pertimbangkan. apabila setelah ke-3 pertanyaan dasar ini terjawab dan ternyata pertimbangannya adalah dengan pemekaran Rumbai dari Pekanbaru justru membawa kebaikan bagi kedua belah wilayah baik itu Pekanbaru maupun Rumbai. maka saya berjanji saya akan bergabung dengan barisan perjuangan untuk rumbai dan dan saya akan berada dibarisan pertama, dan apabila terwujud saya janji, saya tidak akan minta apa-apa dari hasil perjuangan ini. Siap?

kita mulai dari pertanyaan pertama.
apakah memang harus Rumbai di pisahkan dari Pekanbaru?
untuk membangun sebuah kota baru tentunya bayak aspek-aspek yang harus kita perhitungkan. apakah itu aspek ekonomi, sosial, budaya dan lain sebagainya. karena tujuan kita membangun sebuah kota baru untuk jangka panjang, untuk sebuah peradabang yang panjang bukan hanya untuk satu dekade pemerintahan saja(habis pemerintahan Herman Abdullah atau habis masa pemilihan Legislatif saja). dan tentunya ini membutuhkan penelitian yang cukup mendalam dan membutuhkan waktu yang sangat panjang dan biaya yang sangat besar. karena kita membangun sebuah peradaban baru dengan pemerintahan baru. anggap saja, kalau bisa berandai-andai, kita singkirkan dululah masalah waktu, kita hitung saja bearapa biaya yang harus kita keluarkan untuk membangun semua ini. apakah Rumbai sebagai kota baru siap? tanpa harus meminta bantuan kepada Pekanbaru. walaupun secara undang-undangan otonomi daerah Kota Pekanbaru wajib membantu/memfasilitasi sampai Rumbai benar-benar siap.
kalaupun seandainya Rumbai mampu membiayai semua ini. kenapa kita tidak kita jadikan saja rumbai sebagai kota otonom tetapi tetap dibawah Kota Pekanbaru, sehingga Kota pekanbaru akan terlihat lebih lagak dan sombong dimata nasional sebagai kawasan yang lebih punya marwah. bukan memecah belahkan daerah ini sehingga kita lebih terlihat kecil dan tidak di perhitungkan daerah lain.


pertanyaan kedua.
apa yang menjadi alasan dasar untuk di pisahkannya Rumbai dari Pekanbaru?
mungkin alasan yang tepat adalah belum adanya pemerataan pembangunan selama ini antara Rumbai dengan dengan wilayah lainnya di Kota Pekanbaru. dengan harapan di pisahkannya Rumbai dengan Pekanbaru akan membawa sebuah harapan adanya pemerataan pembangunan. yakinkah kita ini bisa tercapai? terus terang saya ragu, karena untuk menanggulangi kawasan Rumbai pesisir yang rawan banjir saja. membutuhkan dana yang sangat besar, dan waktu yang cukup lama. jangan terlalu menganggap mudah dan jangan terlalu menganggap sulit semua ini. tetapi semua ini butuh perhitungan yang sangat matang. jangan sampai pemekaran justru membawa kehancuran bagi wilayah pemekaran itu sendiri. karena tujuan kita memekarkan adalah untuk membangun bukan untuk menghancurkan. maaf kata saya terkejut begitu pemerintah kota Pekanbaru berencana membangun sebuah kawan perkampungan melayu yang modren hanya dengan dana 10 M untuk sebuah kawasan 10,8 Ha. maaf kata sekali lagi kalau kita ingin sungguh-sungguh bukan hanya sekedar proyek dana sebesar itu hanya untuk pemetaan nya saja tidak cukup jangan kan berandai-andai untuk membangun miniatur kota Pekanbaru tempo dulu. jangan terlalu menganggap membangun sebuah kawasan baru itu gampang. banyak yang harus diperhitungkan jangan sampai kasus pendirian terminal AKAP akan terulang lagi. tahu manfaatnya tapi tujuan yang diinginkan tidak tercapai. karena banyak aspek-aspek diluar sana yang belum diperhitungankan atau diabaikan.


kita masuk ke pertanyaan ke-3
apakah dengan dipisahkannya Rumbai dengan Pekanbaru, masalah-masalah di Rumbai terutama maslah ekonomi dan sosial masyarakatnya dan permasalahan-permasalahan lainnya dapat terselesaikan?
jadi jangan mekarkan dulu sebelum ada pemetaan bagai mana aspek budaya,bagaimana aspek sosial masyarakatnya, bagaimana aspek politik, ekonomi dan sebagainya. karena jangan sampai ketika keputusan tentang pemekaran sudah keluar ternyata kita baru sadar ternyata masyarakat Rumbai belum siap. yang timbul bukan kesejahteraan, tetapi justru sebuah konflik bari dimasyarakat.


jadi dari ketiga pertimbangan ini dapat saya simpulkan, jangan terlalu buru-buru untuk memekarkan sebuah wilayah. perhitungkan aspek-aspek masyarakat tempatan diwilayah tersebut,baik buruknya semua harus diperhitungkan. jangan mentang-mentang guru kita bilang A kita ikut juga bilang A. guru kita pintar, dia dapat mempertanggung jawabkan apa yang dia katakan. sementara kita?sanggup tidak mempertanggung jawabkan A tersebut. jangan sampai ketika diminta pertanggunggung jawaban kita malah bilang "Guru saya yang bilang, saya hanya ikut saja" itu anak-anak. kita dah cukup dewasa untuk diminta pertanggung jawaban.

yang kedua: anda-anda yang bicara tentang wacana pemekaran Rumbai. jangan sampai kata-kata anda justru menimbulkan provokasi bagi masyarakat Rumbai. jangan usik ketenangan mereka, jangan kotori pikiran mereka dan jangan terlalu di politisir masalah ini. jangan korbankan kepentingan masyarakat hanya untuk kepentngan POLITIK anda semata.
mari kita bangun negeri ini bersama, membangun sebuah kota merupakan sebuah perkerjaan yang menguras banyak hal, baik itu pikiran, tenaga,dana dan waktu. mari kita satukan pikiran, tenaga,dana dan waktu kita semua untuk menjadikan negeri ini lebih elok, lebih molek. jadikan rumbai sebagai geliganya kota pekanbaru. geliga yang tak dimiliki oleh negeri lain diatas bumi ini.